Mengenal NPD dari Sudut Pandang Korban, Cerita Kartika Soeminar


Siapa yang mirip seperti saya? Kadang overthinking tiap lihat media sosial sendiri atau orang lain. 


“Kira-kira foto yang aku post sudah bagus atau belum ya?”

“Dia cantik banget fotonya, tapi feedku juga oke kok.”


Sesekali saya kepikiran apakah saya seorang narsistik karena mempermasalahkan hal-hal tersebut. Media sosial, meski memberikan banyak manfaat, juga berkontribusi terhadap kesehatan mental. Media sosial seringkali menampilkan kehidupan orang lain yang tampak sempurna. Hal ini dapat memicu perasaan tidak puas diri, rendah diri, dan kecemburuan.


Selain itu, perundungan di dunia maya dapat menyebabkan stres, kecemasan, bahkan depresi. Pun ketika hadir rasa takut ketinggalan informasi atau momen-momen seru yang dibagikan orang lain di media sosial dapat memicu kecemasan dan keinginan untuk terus-menerus online atau biasa disebut FOMO (Fear Of Missing Out) 


Setelah membaca dan mempelajari lebih tentang kesehatan mental, saya mengenal beberapa istilah, salah satunya NPD (Narcissistic Personality Disorder). Pembahasan soal NPD makin banyak saat ini. NPD memiliki ciri utama berupa level narsistik yang berlebihan. Para pengidapnya sering bersifat superior, haus pujian, mementingkan diri sendiri dan nir-empati terhadap lingkungan sekitar. Korbanlah yang bisa menyadari bahwa orang tersebut mengalami gangguan kepribadian NPD. 


Kartika Soeminar, 23 Tahun Bertahan dengan Penderita NPD


Tanggal 24 Agustus lalu, saya berkesempatan untuk mendengar kisah dari penyintas yang bertahan hidup 23 tahun bersama orang dengan NPD. Kartika Soeminar namanya, kesehatan mental terganggu karena verbal abuse, perilaku manipulatif, smear campaign juga playing victim dari pelaku. 


Memang sangat sulit mengenali apakah orang sekitar adalah penderita NPD karena mereka akan melakukan abuse hanya pada orang yang bisa dijadikan korban. 


Sementara pada orang lain, dia akan sangat baik dan berbeda. Kartika Soeminar bercerita menerima love bombing pada awal hubungan dengan mantan suami, kemudian saat timbul masalah pelaku akan menyalahkan korban atau menjadi manipulatif. 


Di saat korban merasa harus pergi dari hubungan yang tidak sehat tersebut, orang dengan NPD akan berusaha membuat cerita buruk tentang korban. Sehingga terlihat bahwa korbanlah yang bersalah. Biasa disebut playing victim. 


Salah satu hal yang menyulitkan orang dengan NPD untuk sembuh adalah mereka tidak pernah merasa mengalami gangguan kepribadian dan menyakiti. Kartika juga bercerita bagaimana proses dia mengenali pasangannya mengidap NPD adalah lewat sahabatnya yang seorang psikolog. 


Kartika banyak membaca buku atau artikel seputar NPD dan merasa ada yang janggal dengan mantan suaminya. Dia yakin mantan suaminya adalah orang dengan NPD. Layaknya curhat dengan sahabat, Kartika menjabarkan semua dan didapat diagnosa dari sahabatnya bahwa mantan suami benar mengalami gangguan NPD. 


Solusi Menghadapi NPD dari Psikolog Senior



Di kampanye awareness NPD #BrokenButUnbroken bersama Kumpulan Emak Blogger (KEB) chapter Surabaya, hadir pula psikolog senior, Dra. Probowatie Tjondronegoro, M. Si. Beliau menjelaskan metode fundamental yang harus dibangun untuk menghadapi NPD adalah pendekatan humanis. Terdapat lima langkah yang bisa diterapkan dalam menghadapi orang dengan NPD. 


  1. Menerapkan batasan

Langkah pertama yang bisa dilakukan adalah menerapkan batasan. Jangan terlalu memperhatikan perlakuan pengidap NPD. Bersikap apatis alias cuek, mengurangi interaksi dan komunikasi terhadap mereka merupakan cara efektif untuk menjaga kesehatan mental kita. 


  1. Afirmasi Positif

Berikan energi positif untuk diri sendiri tiap harinya. Ucapkan kata-kata yang bisa menguatkan mental seperti “saya semakin kuat, saya bisa menghadapi semua.” Kalimat tersebut memiliki kekuatan untuk mengubah hidup menjadi lebih kuat. 


  1. Journaling

Salah satu bentuk journaling yang bisa dicoba adalah terapi kertas. Ambil secarik kertas yang tak terpakai. Tulis dan gambaran luapan isi hati dan emosi terhadap orang NPD. Selanjutnya robek bantalan kertas tersebut dan buang. Terapi ini dianggap efektif untuk meluapkan rasa kesal. 


  1. Pendekatan Spiritual 

Kita juga dapat meningkatkan ibadah dan memohon diberikan kekuatan mental dan kesehatan jasmani dalam menghadapi orang NPD. Memohon supaya dapat membawa diri dalam segala kondisi saat berhadapan dengan pengidap NPD. 


  1. Konsultasi dengan Ahli

Temui dan konsultasikan kesehatan mental Anda sekaligus mencari tahu tentang cara menghadapi orang NPD kepada ahli jiwa. 


Kesimpulan


Selain kesehatan fisik, saat ini kita harus waspada dengan kesehatan mental. Sebab kesehatan mental juga dampaknya besar terhadap kehidupan sehari-hari. Jika menemui gejala-gejala orang terdekat maupun kita sendiri mengalami NPD atau gangguan kepribadian lain jangan ragu meminta bantuan. 

Komentar

  1. Berhadapan dengan orang NPD memang sebegitu susahnya ya.. karena mereka suka memutarbalikkan fakta.
    Semoga Allah melindungu kita selalu ya mbak

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan Populer