Edukasi tentang gizi bukan hanya tugas pemerintah atau lulusan bidang kesehatan tapi seluruh rakyat Indonesia. Dalam tingkat paling rendah yaitu keluarga, mesti ada kesadaran bahwa saat ini makin banyak penyakit berbahaya muncul karena pola makan kurang benar. Angka stunting juga masih tinggi sekitar 24,4% atau hampir seperempat balita.
Stunting adalah masalah gizi kronis mengakibatkan pertumbuhan pada anak terganggu. Masalah-masalah kesehatan tersebut jadi sorotan pada Seminar Nasional : Inilah Saatnya! Aku, Kamu, Kita Generasi Sadar Gizi.
Target Indonesia Utamanya Jawa Timur Stunting Turun 14%
Bu Hj. Arumi Bachsin, S.E. istri wakil Gubernur Jawa Timur menjadi pembuka seminar nasional pada tanggal 14 September 2022 di Gedung Kuliah Bersama Kampus C Universitas Airlangga. Beliau memaparkan bahwa terkait penanganan stunting tidak bisa hanya oleh satu sektor, lalu harus dilakukan tindakan sejak dari kehamilan melalu pemberian asupan gizi dan vitamin seimbang bagi calon ibu.
Masalah kesehatan lain pada generasi muda ialah malas gerak atau bahasa gaulnya mager. Usia remaja diatas 15 tahun di Provinsi Jawa Timur pernah dilakukan riset kesehatan tahun 2018 sebesar 44,18% sangat gemuk atau obesitas, 18,23% agak gemuk. Kemudian usia di atas 18 tahun 22,7% sangat gemuk, 8,43% gemuk. Tentu ini bisa jadi warning kesehatan untuk kita semua pada jangka panjang.
Pergeseran pola hidup di mana banyak godaan makanan cepat saji jadi tantangan generasi muda sekarang. Maka dari itu, remaja utamanya remaja putri merupakan aset agar generasi selanjutnya jadi lebih baik. Mereka mesti punya kesadaran menjaga kesehatan. Menurut penelitian, ibu yang stunting beresiko besar melahirkan anak stunting pula.
Kunci pencegahan stunting pada makanan adalah menerapkan protein based. Kasih 1 butir telur per hari, tergantung keparahan kekurangan proteinnya. Jika parah maka kasih 1 butir telur dan 1-3 susu UHT. Agar tercapai 2024 angka stunting turun menjadi 14%.
Bagaimana Peran Serta Kita Untuk Memperbaiki Gizi Masyarakat Indonesia?
Pemateri seminar pertama ada pak Arif Hidayat, S.E dari Yayasan Abhipraya Insan Cendekia Indonesia, beliau menyampaikan bahwa literasi bangsa Indonesia masih rendah bahkan berada di urutan 60 dari 61 negara. Sehingga kesalahan informasi tentang kesehatan dan gizi masih terbawa, misal persepsi kental manis.
Masih banyak keluarga memberikan kental manis sebagai pengganti susu bahkan ASI. Padahal kandungan gula dalam kental manis sangat tinggi, tidak cocok jika diseduh. Kental manis hanya diperuntukkan sebagai campuran kue atau topping. YAICI akhirnya menawarkan solusi berdasarkan penelitian yaitu program 21 hari melalui metode permainan, pengetahuan dan lain sebagainya mengubah persepsi soal kandungan kental manis yang berbahaya jika diseduh dalam jumlah banyak.
Dilanjutkan oleh Prof. dr. Bambang Wirjatmadi M.S., MCN., PhD., Sp.Gk. (k). memaparkan jika kita ingin sehat kuncinya adalah B2SAH (Beragam, Bergizi, Seimbang, Aman, Halal menurut agama dan kepercayaan masing-masing). Zaman saat ini banyak sumber bahaya kimia racun non alami yang tercampur ke makanan seperti pestisida, pewarna, pemutih, radikal bebas, dan lainnya. Penggunaan bahan tambahan makanan ini harus diperhatikan, jika terlalu banyak berakibat negatif bagi fungsi organ tubuh seperti kanker, stroke, gagal ginjal. Pola hidup sehat yang dianjurkan Prof Bambang harus mencakup jangan banyak stres, pola makan sehat, istirahat cukup kurangi begadang.
Pemateri ketiga, dr. Pungky Mulawardhana, SPOG (k) membahas tentang kesehatan reproduksi. Ternyata baru 33% remaja paham kesehatan reproduksi, sehingga keluarga penting mendampingi remaja daripada mereka mendapat informasi salah. Beberapa masalah kesehatan reproduksi pada remaja misalnya kehamilan yang tidak diinginkan sehingga timbul keinginan mengaborsi dengan cara tidak aman, penyakit menular seksual, kekerasan seksual, kehamilan usia muda meningkatkan tingkat kematian ibu.
Sebelum menikah, terkait dengan kesehatan reproduksi pasangan sebaiknya melakukan preconception counselling. Terdiri dari pemberian informasi tentang kesehatan pada pasangan mempengaruhi kehamilan, pasangan berperan aktif mempersiapkan kehamilan (hidup sehat), identifikasi pasangan yang beresiko mempunyai bayi dengan kelainan genetik.
Jangan lupa jika kalian sudah melakukan kegiatan seksual aktif wajib tiap 3 tahun sekali melakukan papsmear atau IVA dan vaksinasi HPV. Lakukan safe sex.
Kak Awam Prakoso menyegarkan suasana dengan suara mulutnya meniru berbagai hewan. Beliau menghimbau untuk para remaja segera menemukan passion lalu berkumpul membentuk komunitas untuk menyebarkan gagasan informatif ke masyarakat. Seperti kak Awam melakukan edukasi dengan dongeng.
Pemateri terakhir kang Maman Suherman, membahas tentang literasi. Literasi dasar sebagai kecakapan hidup ada 6 yaitu Literasi Baca Tulis, Literasi Numerasi, Literasi Sains, Literasi Finansial, Literasi Digital, Literasi Budaya dan Kewarganegaraan. Selain itu kita mesti punya 4 kompetensi dasar yaitu critical thinking, collaboration, communication, creativity. Waspada dengan informasi salah di media, maka dari itu kecakapan-kecakapan di atas penting dimiliki.
Komentar
Posting Komentar